Rabu, November 05, 2008

Miles... miles away from my angels (3)

San Fransisco International Airport, Minggu, 6 September 2008.
Kalo liat jadwal pesawat, penerbangan dhani yang kedua ini masih bisa dibilang on time walo agak molor sekitar setengah jam (berarti gak on time dong ya he... he...). Keberangkatan dituliskan pukul 23.10 WTaipei, sedangkan kedatangan pukul 19.50 Waktu SF. Alhamdulillah.

Karena tiket di tangan tiket ekonomi, maka untuk keluar CL 004-nya musti melewati kelas bisnis. Eh... bapak-bapak yang antri di depan dhani masih sempet-sempetnya ngembat sandal yang disediakan untuk penumpang bisnis. Ternyata oh ternyata, kelakuan orang-orang di my country yang suka ngambel sandal, kalo bubaran sholat jumat, berlaku universal hi... hi... hi... Pramugari CL yang cantik-cantik cuman senyum-senyum saja nglihat kejadian itu. Sudah biasa kaleee... (jadi nyesel gak ikutan ngambel).

Sekeluarnya dari pesawat, sebelum ambil bagasi, semua diharuskan masuk pemeriksaan imigrasi. Dhani ngambil antrian yang untuk all-visitors_non-citizens. Wuih... antriannya puanjang banget! Padahal jadwal my next flight pukul 22.22 WSF. Masih harus check-in dulu trus belum ambil bagasi pula. The ”scary” traveling was just began!!!

Setelah mengantri lumayan lama, dhani pun masuk ruang pemeriksaan. Dapat immigration officer cowok yang cukup kalem tampangnya, tapi... Setelah dicek paspor dhani ... trus ditanya apa keperluannya datang ke USA ... doi gak langsung percaya begitu saja. Waduh, kayaknya tampang ama penjelasan dhani gak meyakinkan nih. Dhani pun terpaksa mengeluarkan senjata pamungkas: invitation letter from IJIE conference committe. Setelah dibaca sebentar, akhirnya dhani boleh meneruskan perjalanan. Eitts tunggu dulu... ternyata doi masih belum rela melihat dhani bisa dengan mudah ”masuk” negaranya. Dhani disuruhnya melalui pemeriksaan ”secondary”. Wuih... semakin deg-degan saja. Mungkin inilah yang dimaksud dengan istilah ”penjemputan” yang pernah dhani baca di beberapa artikel tentang serba-serbi datang ke USA for first time. Waduh!

Ruangan pemeriksaan secondary tidak terlalu luas, ada 2 orang officer yang bertugas waktu itu. Bapak-bapak dan ibu-ibu. Badan keduanya lumayan besar, persis police yang di film-film Hollywood gitu! Sudah banyak orang yang mengantri dan duduk-duduk di ruangan itu. Dhani segera serahkan paspor dan surat undangan ke petugas yang pertama, seorang ibu. ”Oke, please sit down and follow the line”.

Dengan takut-takut dhani mencari tempat duduk yang masih kosong dan duduk (ya iyalah... tempat duduk ya buat duduk). Disini dhani dapat temen sharing cewek cantik dari Philipina. Kayaknya dhani emang ”berjodoh” dengan orang-orang Philipina nih! Sebelumnya, di dalam CL 004 teman ngobrol dhani juga orang Philipina. Doi bilang sudah sekitar 1 jam duduk menunggu giliran. Gubrakkkkkk... Ya Allah bagaimana nanti dengan dhani? My next flight which ticket already on my hand, my baggage, my conference, my... my... Stop it, just follow the process dhani! Que sera sera. Sambil ”komat-kamit” membaca semua doa yang teringat, dhani melihat-lihat suasana pemeriksaan. Ada seorang bapak yang lumayan berumur didampingi putrinya, mungkin, harus melakukan wawancara dengan petugas kedua setelah melalui pemeriksaan dengan petugas pertama. Lagi asyik-asyiknya memperhatikan tiba-tiba... terdengar nama dhani dipanggil. Deg!

“Anda mengajar dimana? Subjek apa yang Anda ajar? Berapa lama Anda mau tinggal di USA?” Si ibu petugas bertanya begitu bertubi-tubi, doi pasti khusnudzon bahasa Inggris dhani lancar nih he... he... he... Terimakasih ya Bu atas khusnudzon-nya. Dengan ”gagah berani & sok yes” dhani jawab semuanya, dan .... cetok! Akhirnya bunyi stempel imigrasi pun terdengar. Sangat merdu. Tertulis, 1 month. Oke, no problemo. I just wanna one week in USA and go home!!!!

Stempel imigrasi yang lumayan cepat dhani peroleh sempat membuat dhani kege-eran, "hebat juga ya dhani, bisa ngeyakinin si ibu petugas tadi pake bahasa inggris" O... alaaah... si ibu ternyata pas ndengerin penjelasan dhani tadi sembari access on-line for get my itinerary and IJIE conference program and off course check my name in the schedule of conference. Mungkin semua omongan dhani bahkan gak didengarnya. Wuih… good responsibility to your job Mam! Thank you. Dhani segera keluar dan tak lupa pamitan sama mbak dari Philipina yang belum juga dapat giliran.
“Good luck, happy nice day and enjoy your life here”, masih terngiang ucapan ibu petugas imigrasi tadi ketika menyerahkan paspor dhani. America... I'm coming...

Dhani sempat mbatin, 'negara ini kok parno banget tho sama pendatang". Tapi itu haknya juga sih. Karena negara memang berkewajiban menjaga keamanan, keselamatan dan kenyamanan warga negaranya, bagaimanapun caranya. Rasa-rasanya ini pernah dhani pelajari di Pendidikan Moral Pancasila (PMP) waktu SD sampai SMA. Masih ada gak ya pelajaran itu?


Dhani setengah berlari mencari tempat baggage claim. Untung, penunjuk arah dan papan nama yang dipakai bandara SF besar-besar dan informative banget. Sehingga dhani tidak kesulitan menemukan juga baggage carrousel for CL 004. Setelah menunggu 2 putaran, ahaa… that’s my bag.

Tugas dhani selanjutnya adalah mencari Terminal 3 buat check-in United Airlines (UA). Ya Allah jauh banget, sudah begitu jalannya berliku-liku (berlebihan, memangnya jalur angkot? he.. he.. he…). Akhirnya, setelah melewati 'jalan panjang dan berliku' ketemu juga UA desk for check-in. O..la..la.. semuanya serba otomatis. Tanpa sadar dhani garuk-garuk kepala. Wah gimana nih? Maka dengan cueks dan memelas, dhani minta bantuan petugas check-in UA yang bertampang latin (jadi leinget Antonio Banderas deh). Paspor digesek, mencari nomor pesawat, memilih nomor kursi, lalu... tiket dan bag identification ”keluar” otomatis deh! Katrok nih hi... hi... hi...

Ternyata 'cobaan' lain masih harus dhani lalui. Yaitu saat dhani harus melewati pemeriksaan bandara SF. Bagi traveler baru jalur masuk pemeriksaan dibedakan. Pemeriksaan standar hampir sama dengan di bandara Soekarno-Hatta. Bedanya, di sini dhani masih harus masuk kotak 'entry scan'. Di dalam kotak ini dhani 'ditiup' (seperti ayam yang di-desinfektan saja atau di-foging kayak nyamuk hi hi hi), rasanya mirip-mirip kesetrum listrik tapi nggak sakit. Alhamdulillah semua baik-baik saja. Lolos dari pemeriksaan bandara dhani langsung mencari ruang tunggu untuk penerbangan UA 228.

Boarding time 21.50 (Gate 72).
Sudah banyak penumpang yang menunggu. Di layar monitor terlihat jadwal penerbangan UA dan waktu boarding-nya. Dilayar itu juga bisa dilihat kapan giliran kita masuk pesawat disesuaikan dengan nomor tempat duduk. Pesawat UA 228 yang dhani naiki gak jauh beda dengan pesawat-pesawat domestik Indonesia. Perbedaannya malah dipramugarinya. Kalau pramugari Indonesia cantik-cantik dan masih muda-muda, di UA biasa-biasa saja. Dandanannya juga tidak “heboh” (sirik tanda tak mampu hi.. hi.. hi..).

Finally, setelah ”tidur” selama 1 jam 29 menit, dhani sampai juga di Las Vegas. On-time benerr! Welcome to Las Vegas, welcome to McCarran International Airport, Mam! (bersambung).

Tidak ada komentar: