Rabu, April 11, 2012

Sakitku....

Bulan Februari, yang sebagian besar orang bilang bulan kasih sayang...di tahun 2012 ini aku mempertanyakan "kebenaran" itu.
Dimulai di awal bulan yang identik dengan warna serba pink ini, saya harus kehilangan ibu mertua. Bagi saya, beliau sosok yang tangguh dalam ibadah. Sampai usia berkepala tujuh, beliau masih rajin beribadah sunnah puasa Daud di samping sholat malam yang (saya yakin) tidak pernah tertinggalkan. Saya harus kehilangan satu sumber yang memiliki kekuatan besar untuk selalu ikhlas setiap hari mengirimkan doa-doanya bagi keluarga kecilku. Dan jujur... hal inilah yang paling menyesakkan dada...sedih banget :'(

Di bulan ini juga, saya harus tergolek opname di salah satu rumah sakit swasta selama tiga hari. Dugaan diagnosis infeksi kelenjar tiroid telah mengantarku ke keputusan bahwa saya harus rawat inap. Penjelasan dokter mengatakan bahwa denyut jantung saya lemah dan dari hasil tes darah dinyatakan HB turun.

Hari pertama:
Saya harus melewati serangkaian uji radiologi, berturut-turut photo thorax, kepala, dan hidung. Karena saya tidak sempat "puasa", akhirnya pemeriksaan via USG dijadwalkan besoknya.

Hari kedua:
Kurang lebih sekitar pukul 8:00, saya menjalani USG bagian perut dan leher. Dari hasilnya, alhamdulillah tidak ada masalah dengan kelenjar tiroid saya. Sehingga diagnosis awal bisa dikatakan gugur. Trus dari hasil photo rontgen thorax dan kepala ... alhamdulillah baik. Dari hasil photo rontgen hidung, dinyatakan ada sinusitis kecil yang oleh dokter yang merawatku, mengakibatkan panas badanku naik-turun. Malam harinya sekitar jam 07.00, saya dirujuk ke dokter spesialis THT untuk memastikan hasil rontgen tersebut. Kata sang dokter spesialis ini, sinus yang tampak pada photo itu tidak signifikan berpotensi penyebab sakit maupun demam. Alhamdulillah.... Sekali lagi, diagnosis dokter yang merawatku gugur.

Malam..malam sekali (aku ingat sekitar pukul 10-an lebih), seorang suster masuk ke ruang tidurku dan membuat ku terbangun. Suster tersebut memberitahu kalau saya harus menandatangani suatu surat pernyataan tentang pemeriksaan darah yang akan saya jalani besok pagi. Dengan saksama saya baca lembaran kertas itu dan .. isian yang saya temukan hanya tulisan tangan terbaca bla bla bla bla bla.
Karena perasaan ragu mendera (he he he kok aneh, isian yang lain tidak terisi dengan lengkap), kuputuskan untuk menunda bubuhan tandatanganku pada kertas penyataan itu sembari beralasan menunggu persetujuan suamiku besok pagi.
Seiring dengan keluarnya suster dari kamar rawat, kuambil HP dan langsung sms suamiku sekalian browsing di dunia maya dengan penelusuran bla bla bla. Tidak lama setelah itu... muncul artikel-artikel yang setelah ku baca malah membuatku...tatutttt banget. Dan akhirnya...semalaman aku tidak bisa tiduk nyenyak. Ihikss.....

Hari ketiga:
"Kalau mama sudah tidak punya kepercayaan dan mulai kehilangan sugesti terhadap dokter tersebut, mama sulit untuk sembuh." Kalimat ini keluar dari mulut suamiku yang datang pagi-pagi menjengukku.
Kemudian dia menunjukkan artikel hasil browsingnya di internet setelah membaca sms yang ku kirim tadi malam. Hadehhhh.... menambah "kepusinganku." Setelah berdiskusi dan menimbang baik-buruknya, pada saat dokter yang merawatku berkunjung siang itu, akhirnya kami memutuskan untuk mencari second opinion.
Pada saat saya berkemas-kemas pulang dari rumah sakit, seorang suster menyarankan untuk berganti dokter saja tanpa harus menghentikan perawatan opname. Dia juga sempat menyebut 3 nama dokter penyakit dalam yang menurutnya sangat baik untuk mendapatkan opini pembanding. Dengan berdalih macam-macam, aku bersikeras tetap keluar dari rumah sakit ini, tapi 3 nama dokter yang disebutkan suster tadi, kucatat rapi-rapi dalam ingatku. Btw.... nuhun suster untuk infonya.

Hari Senin, dengan kondisi kesehatan yang masih belum membaik, aku berangkat ke kantor. Tetapi dengan keberangkatanku, aku mendapatkan informasi tambahan tentang salah satu dokter yang disebutkan oleh suster rumah sakit tempatku menginap kemarin.
Akhirnya pada hari Jumat, aku mencari dokter tersebut di salah satu rumah sakit besar di Yogyakarta. Dan benar..... informasi yang kuperoleh sebelumnya memang "ada" pada dokter ini. Alhamdulillah, semoga Allah memberikan kesembuhan padaku lewat dokter ini. Amin.
Setelah membaca hasil uji laboratorium terutama dari hasil USGku dan mendengarkan riwayat opname sebelumya, dokter tersebut meminta uji cholinesterase, albumin, dan HBsAG. Pada dasarnya semua uji itu untuk memastikan bahwa sakit saya yang sekarang bukan berasal dari disfungsi organ hati. Akhirnya ..... kebiasaan telat makan membuat daya badanku turun drastis dan imunitas tubuhku ambruk karena bakteri di dalam ususku "marah". Aku diharuskan mendapatkan asupan tinggi protein, terutama dari putih telur dan ikan gabus.

Setelah kembali opname selama 4 hari, di bawah pengawasan dokter dan dirumah sakit yang berbeda, aku mendapatkan pelajaran bahwa perlunya second opinion from another doctor. Selain itu, pelajaran lainnya adalah bahwa siapapun orang itu, selagi masih berlabel manusia, dia dipastikan bisa saja salah. Walau dia berpredikat dokter spesialis, profesor maupun presiden sekalipun (wehhh...kok sampai berbau politik... thuing!).
Dan pelajaran yang pasti kudapatkan adalah: hanya Allah SWT yang tidak pernah dan tidak pernah akan salah. DIA telah BENAR menunjukkan KASIH SAYANG lewat "teguran"NYA kepadaku selama sakit. Dalam sakitku, aku kembali diingatkan bahwa selama satu tahun ke marin aku terlalu memikirkan diriku sendiri (ini tentang sebuah ambisi), kesombongan-kesombonganku yang tanpa sadar telah tumbuh dan mengotori jiwa dan hatiku, dan yang pasti aku tidak cukup meluangkan waktu bersama salah satu amanahMU yang kutitipkan kepadaku, yaitu dua gadis kecilku. Astaghfirloh aladzim. Ya Allah, berilah kemudahan dan ridhoMu untuk dapat menjadi hambaMu yang lebih baik. Amin.

Dan ternyata benar, bahwa bulan Februari ini (bolehlah) disebut bulan kasih sayang. Just for REMAINDER. No more!