Senin, Juli 13, 2009

Teach from my heart

Setelah hampir 12 tahun mengajar, akhirnya dani berani menulis cerita ini. Walau sekarangpun masih belum apa-apa, jauh dari titik sempurna, tapi dani tetap terus belajar untuk menjadi dosen yang 'baik'...

Tahun 1997, tepatnya bulan Mei, dani putuskan untuk menjadi dosen. Hanya dengan modal bahwa dani harus bisa dapat 'uang' sendiri dan praduga bahwa mengajar itu mudah dan tentunya waktu kerja bisa 'dikorupsi' (KPU tau enggak ya?)sehingga bagi ibu-ibu semacam saya lebih leluasa mengatur jadwal mengurusi keluarga dirumah.

Ternyata... praduga itu salah. Memang tidak salah semuanya tapi hampir '100%' salahnya. Tentang gaji benar, alhamdulillah dani tidak perlu menadahkan tangan minta ke suami untuk membeli segala keperluan yang dani butuhkan, malah sisanya masih bisa digunakan untuk membayar uang les renang dan gitarnya anak-anak.

Tentang waktu bisa dikorupsi... tidak sepenuhnya benar walo juga tidak salah sih (he he he ). Kalau jadwal mengajarnya siang, bisalah datang siang saja. Tapi seiring dengan perjalanan waktu, proses pembelajaran diri tentang tanggung jawab dan pemahaman akan makna seorang 'guru' sing digugu lan ditiru, ternyata... untuk 'mengambil jatah waktu' kantor apalagi mengajar menjadi sesuatu yang sulit.

Rasanya 'risih' karena tidak masuk dan pulang kantor tepat waktu, karena dani mendapatkan gaji tetap untuk itu. Belum lagi bahwa adanya kewajiban penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Wow... kurang lebih 8 jam per hari bisa kurang. Tapi itu semua masih bisa 'disiasati'.

Tapi kalau sudah menyangkut nurani, lain permasalahannya...
Rasanya 'malu' karena mengajar, bimbingan kerja praktek, tugas akhir tidak sesuai dengan jadwal. Dani yakin ada 'sesuatu' yang bisa ditransfer ke mahasiswa dengan datang mengajar tepat waktu. Ada 'sesuatu' yang mereka tangkap melihat dosen pembimbingnya siap materi dan tepat jadwal untuk konsultasi. Tidak sekedar materi skripsi tapi lebih dari itu kedisiplinan dan semoga sedikit (sedikit sekali malahan) keteladanan tentang keteguhan memegang amanah. Amanah pada saat tanda tangan kesediaan menjadi dosen dan saat menerima surat keputusan pengangkatan dosen.

Ternyata memang berat dan sulit menjadi dosen yang amanah ya?

Tidak ada komentar: