Senin, Desember 14, 2009

It was happened again. Beware!



Malam minggu yang kelabu... Saturday, December 11, 2009

Semuanya berawal dari abis maghrib, suamiku sudah merasa ayang-ayangen. Trus, dia minum obat yang biasa dia minum selama ini jika sudah merasakan keadaan seperti itu. Reaksinya... ayang-ayangennya hilang tapi perut dan pinggangnya terasa sakit sekali. Kalau dibuat tidur malah tambah sakit.

Ya Allah jadi ingat peristiwa awal tahun 2008 kemaren. Sekitar awal bulan Januari 2008, suamiku divonis harus melakukan operasi batu ginjal
. Gejalanya juga sama, ayang-ayangen, trus perut dan pinggang merasa pegal, sakit.... Apa batu ginjalnya kumat lagi?

Akhirnya, sekitar pukul 9 malam, dia minta dibawa ke IGD. Padahal anak-anak sudah tertidur pulas. Padahal aku tidak punya PRT yang tidur dirumah. Kuputuskan menggendong anak-anak dan kumasukkan ke mobil. Si kecil tidak masalah karena dia "tidak merasa" kalau kupindahkan tempat tidurnya. Si sulung 'marah-marah' karena merasa tidurnya terganggu. Waktu kujelaskan ayahnya sedang sakit dan harus kedokter, akhirnya dia menghentikan marahnya dan dengan sendirinya jalan masuk kemobil.
Dengan pelan-pelan kubawa mobil. Aku punya masalah menyetir mobil di malam hari. Mata minusku membuat pandangan malamku tambah payah sekali ihiksss...

Sampai di IGD sebuah rumah sakit di Yogyakarta.
Suamiku kusuruh turun dulu untuk mencari penanganan dokter. Sedangkan aku mencari tempat parkir dulu. Kugendong Hanun sambil menggandeng Shafa. Sampai di ruang gawat darurat, sudah ada beberapa orang yang juga memerlukan pertolongan medis. Jeritan mereka membuatku takut. Kepererat gendongan dan gandengan anak-anakku dengan harapan mereka tidak merasa takut. Sambil memutarkan mata dan kepala, kucari suamiku...

Alhamdulillah dia sudah diminta tidur dan mendapatkan pertolongan seorang suster. Aku segera registrasi dibagian administrasi. Untungnya ada dua kursi kosong dekat tempat tidur suamiku yang terbaring lemah menahan sakit. Sambil menunggu dokter, kuajak anak-anakku ngobrol tentang profesi dokter, agar mereka 'lupa sejenak' kalau sedang di IGD.
Untunglah, tidak berapa lama, datanglah seorang dokter dengan senyum ramahnya.
"Sudah minum obat apa? Kalau minum obat itu harus diimbangi minum banyak pak" katanya lagi sambil tetap tersenyum. Senyum itu sedikit menentramkanku. "Oke, kemungkinan bapak mengalami kolik, kita suntik dulu saja ya bu, nanti kita lihat reaksinya bagaimana?"
Sambil berlalu
bu dokter itu masih sempat menjawil lembut anakku dan bilang "Eh lucunya, gendut lagi". Walaupun sentuhan itu hal sepele, tapi aku merasa senang, karena sedikit banyak sudah membuat anak-anakku tidak merasa takut dengan suasana IGD. Dan... karena senyuman itu juga, aku masih sempet memanjatkan doa seperti ini, "Ya Allah, ridhoilah anak-anakku agar dapat menjadi hambaMU yang berprofesi dokter, dokter yang dapat memegang amanahMU. amin."

Akhirnya, suster menyuntik suamiku dan dalam waktu yang relatif cepat, keluhan suamiku berangsur-angsur hilang dan kami diijinkan pulang dengan sebelumnya menebus resep obat terlebih dahulu. Dalam perjalanan pulang, kuingat-ingat...KOLIK! Setahuku itu adalah kondisi dimana bayi masih beberapa bulan menangis keras tanpa henti, terus...kok suamiku kolik, jelas dia sudah bukan bayi lagi!!!

Setelah browsing ... Eh, ternyata ada juga istilah
kolik ginjal. Sepertinya, kolik jenis ini yang dialami suamiku.
Ingatanku menggembara sampai ke 5 tahunan yang lalu. Aku juga pernah menggalami sakit perut dan pinggang yang berlebihan. Aku diantar suamiku ke IGD rumah sakit yang sama. Waktunya belum terlalu larut malam saat itu, si Hanun belum lahir, terus Shafa kutitipkan ke mbak Par -kalau siang, mbak Par ini yang momong Shafa-. Sampai IGD, aku disuruh tidur sambil menekukkan badan. Mungkin karena aku tidak merasa sakit, susternya bilang, "Sepertinya bukan usus buntu, mbaknya ini kurang minum saja!!!" Agak 'kenceng' juga susternya kalau ngomong. Tapi aku tidak merasa sakit hati. Dalam hatiku, "Bener juga nih suster -ya iyalah suster notebene asistennya dokter-" Setelah itu, aku disuruh melakukan pemeriksaan urine. Daripada bolak-balik, kuputuskan periksa urine dan sekalian kutunggu saja hasilnya, hari itu juga. Katanya sekitar 1 jam sudah keluar hasil pengujiannya. Jam dinding sudah menunjukkan pukul 10 pm-an. Sambil menunggu hasil pemeriksaan dan menebus resep obat yang diberikan dokter, aku minum
air putih sebanyak-banyaknya. menuruti nasihat suster dan pak dokter tadi. Kurang lebih 2 liter habis saat itu. Setelah hasil pengujian urinnya keluar, kubawa ke dokter di IGD yang tadi menanganiku. Katanya, " Di urine ibu terdeteksi ada darah tapi sangat sedikit sekali. Untuk sekarang minum obat dulu yang telah saya resepkan tadi sembari minum air putih yang banyak."
Sampai di rumah, saya langsung buang air kecil banyakkk sekali dan .... alhamdulillah sakit perut dan pinggang yang aku rasakan tadi lenyap seketika.

Setelah itu, aku ingat-ingat lagi. Habis makan apa ya aku? Mungkinkan potongan lombok ijo yang kusantap bareng sate tadi siang yang membuatku begini? Sudah cabenya buanyakkk , tapi minumnya sedikittt. Wah, sudah harus hati-hati dengan cabe nih, pikirku!!!

Mungkinkah suamiku mengalami hal diatas juga karena cabe? Tidak tahu pasti, yang jelas minggu-minggu ini dia makannya lahap sekali, apalagi kalau menunya tempe goreng dan sambal bawang lombok ijo buatanku sendiri.... mak nyuss dah! Sambel cihuyyy, katanya.

Manusia memang tidak punya daya dan kuasa apapun (hanya bisa mengira-ngira he he itupun sering salahnya, kalaupun benar hanya kebetulan :)). Kalau Alllah sudah menggariskan apapun, hal se
kecil apapun itu bentuknya dan sebesar apapun perlawanan kita, tidak ada yang sanggup dan bisa melawanNYA. ALLAH SWT. Subhannallah.

Gambar diambil dari sini

Tidak ada komentar: