Jumat, Oktober 31, 2008

Miles... miles away from my angels (2)

Taiwan Taoyuan International Airport, Sabtu, 6 September 2008.
Di my itinerary tertulis penerbangan dari JKT berangkat 14.00 WIB sampai Taipei 20.15 waktu setempat. Berarti penerbangan pertama dari rute perjalanan dhani bisa dibilang on time dan lancar dech! Alhamdulillah.

Turun dari CL 678 langsung mencari gate D1 karena harus transfer flight ke CL 004. Penerbanganku berikutnya dijadwalkan sekitar 23.10 Waktu Taipei (WT). So… aku harus nunggu sekitar 3 jam dong! Ternyata harus nunggu 3 jam bukanlah masalah, karena ada temen ngobrol, si Ibu yang dari Sukabumi itu loch! Terima kasih ya Bu.

Sepanjang jalan menemukan gate D1, berjejer banyak free-duty shop. Dhani ngga sempet window shopping karena dana terbatas, banget-nget lagi. He... he...
Bandaranya bersih banget dan tersedia banyak kran minum gratis. Oke, coba dulu yach. Sempet juga mampir toilet, tetep saja bersih dan semua fasilitasnya menggunakan automatic faucet. Hmm ..... nyaman.
Untung HP langsung bisa dipakai dengan penyesuaian waktu lokal setempat, jadi langsung bisa kasih kabar to my angels.

Boarding time 22.30 WT (Gate D1).
Finally, kutemukan juga gate D1, harus turun 1 lantai ternyata. Acara selanjutnya adalah duduk-duduk sambil cerita-cerita sama si Ibu dari Sukabumi.
Pukul 23.30 waktu Taipei, kita sudah masuk CL 004. Kursi pesawatnya terasa lebih ergonomis dibandingkan dengan pesawat sebelumnya. Dapat kursi yang ditengah. Ngga masalah sih. Tapi .... yang dhani rasa ”nggak masalah” ternyata hanya bertahan sampai pagi.

Pagi, sekitar pukul 01.00 WT kita dapat menu makan. Nah, setelah pada selesai, ibu yang duduk di sebelah kanan dhani langsung mengajak cerita teman-temannya yang duduk di barisan belakangnya lewat sela-sela antara kursi dhani dan kursinya. Mereka menggunakan bahasa China (atau Mandarin yach?) yang dhani gak dong babar blas. Waduh... kepala dhani sampai pusing-sing dibuatnya. Untung saja bapak di sebelah kiri mengalihkan ’pusing’ dhani dengan ngajak ngobrol. Tujuan blio ke Freemont untuk menjenguk istri dan anak-anaknya. Blio sendiri tinggal di Philipina. Bahasa Inggris si Bapak oke banget loch. Jadi malu neh. Alhamdulillah blio ngerti juga yang dhani omongin, walo ngga jelas tuch structure ama grammar-nya. He... he...
Di TV layar lebar depan tempat duduk dhani terlihat peta perjalanan pesawat CL 004. Ternyata pesawat sudah ada diatas Osaka, ... Tokyo, kemudian menyeberangi Pasific Ocean untuk sampai ke SF. O.. la.. la.. wake up mamane safanun, you are really really far far away from your angels now.
Karena nggak tahan dengan suara ibu-ibu tadi yang terus saja cerita, dhani ”terpaksa” minum obat sakit kepala. Untung tidak lupa bawa. Oops, ... sukses... mata dhani mulai menyayu, ngantuk lalu tertidur pulas diiringi lagu Bengawan Solo versi mandarin. Zz.. zz.. zz.. z...

Pas mau sampai di SF kami diminta mengisi form semacam Custom Declaration tepatnya U.S. Customs and Border Protection yang disediakan U.S. Department of Homeland Security.

Local time at destination : 07.45 pm
Local time at origin : 10.45 am

Wow... 11 hours on the flight. Kira-kira selisih 9 atau 10 jam ya antara WIB dengan waktu SF? Yang pasti, lebih dulu waktu SF dibandingkan dengan WIB. Welcome to United State of America, welcome to SAN FRANSISCO INTERNATIONAL AIRPORT, dhani! (bersambung)

Rabu, Oktober 29, 2008

Miles... miles away from my angels (1)

Alhamdulillah, horray... usulan bantuan seminar ke luar negeri-ku disetujui oleh Dikti. Dhani mau seminar ke Las Vegas neh. Apa? Seminar di Las Vegas? Gak salah tuh. Bukannya itu pusatnya judi. Apa yang mau diseminarkan di tempat kayak gitu? Seminar tentang bagaimana memperbesar kemungkinan dapat jackpot? No... No... yang bener, dhani akan mengikuti seminar yang diselenggarakan rutin oleh IJIE (International Journal of Industrial Engineering). Oke?

Ini pengalaman pertamaku pergi sendirian ke tempat yang jauh, sangat jauh bahkan. Ke Las Vegas Amerika Serikat maaaan.... Kebayang gak sih. Tapi kok seperti ada yang lalu terbisik di hati: demi tugaskah atau demi ambisi? Rasanya sulit membedakan. Kalau mau jujur, ini semua tidak lebih demi pemenuhan ambisi semata (kapan lagi bisa jalan-jalan ke luar negeri dibiayai negara? masalae kalo uang pribadi belum ada yang dialokasikan untuk jalan-jalan overseas!), dengan dalih menunaikan tugas kantor sebagai pembenarannya.

Berani gak ya aku pergi jauh, sendirian? Kalau terjadi apa-apa di jalan bagaimana? Setelah mengerutkan dahi sejenak... sejenak lagi... dan sejenak lagi, eureka... rasanya aku tahu jawabnya. Kesendirian bukanlah sesuatu untuk ditakutkan. Tapi masalahnya, itu kan berarti aku harus berpisah dengan 2 bidadari kecil yang selama ini selalu menjadi pusat edarku. Aku pasti akan sangat rindu... kangen... dan kebayang-bayang terus. Duhai bidadari belahan jiwa akan sanggupkah aku menanggung semua itu? Aah... bismillah semoga semua baik-baik saja. Ayah jangan nakal ya, jaga bidadari kita baik-baik. Bener lho.

Bandara Soekarno-Hatta, Sabtu, 6 September 2008.

Jam di tangan menunjukkan waktu 12.15 WIB. Aku sudah check-in di desk 36. Pesawat pertama yang akan membawaku ke kota judi Las Vegas adalah China Airlines (CL) 678. Aku minta duduk dekat jendela dan alhamdulillah bagasiku langsung (check-thru) bisa diambil di San Francisco (SF), jadi tidak perlu repot saat transfer pesawat CL di Taipei nanti.

Boarding time 13.30 WIB (Gate D5).

Diruang tunggu keberangkatan ini, aku mendapat teman ngobrol seorang ibu, sekitar 50 tahunan usianya. Beliau juga mempunyai tujuan ke SF. Ternyata si Ibu yang katanya asli Sukabumi ini, sudah menjadi imigran USA. Dia tinggal bersama anak pertamanya yang bersuamikan orang Amerika. Kalau mendengarkan ceritanya, rasa-rasanya dia senang dan betah tinggal di SF. Kotanya bersih, sekolah dasar sampai menengah atas gratis. Tiap minggu bisa ikut senam yang setelah selesainya selalu disediakan berbagai jenis roti yang dapat diambil semaunya dan semampunya. Punya nomor atau kode keamanan sosial yang berguna juga sebagai jaminan di hari tua karena ada uang pensiun dari negara dan masih banyak cerita dari si Ibu yang semua mengesankan bahwa beliau begitu “mengagumi” Negara adidaya yang bernama United State of America itu.
Tapi selidik punya selidik ternyata beliau masih memiliki tanggungan anak, duduk dibangku SMP, yang sekarang tinggal bersama sang kakak, anak keduanya, di Bekasi.
Waduh, “tega” benar ibu ini, aku pikir semua anaknya sudah mentas sehingga bebaslah beliau memilih mau tinggal sama anaknya yang mana. Ternyata...
Kata si Ibu ini lagi, sebenarnya si bungsu mau diajak tinggal di SF tapi sudah 2 kali mencari visa belum juga dikabulkan oleh kedutaan. Okay, setiap orang memiliki alasan sendiri-sendiri untuk membenarkan tindakannya. Termasuk dengan kepergianku ini, aku juga punya alasan buat pembenarannya. Rasanya kita tidak perlu “heboh” dengan urusan orang lain ya?

13.48 WIB aku sudah duduk di seat 18K. Teman duduk sebelah masih muda sekali, dia sepertinya kelelahan sehingga langsung tidur. Aku sendiri mencoba mencari “hiburan”. Film “What Happens in Vegas” yang dibintangi Cameron Diaz dan Ashton Kutcher menjadi pilihanku. Kebetulan nih! Bisa dapat bocoran tentang Las Vegas, pikirku.

Sekitar 17.15 WIB, waktunya makan. Aku coba minta moslem meal dan alhamdulillah diiyakan oleh pramugarinya. Aku tunggu dulu sampai kurang lebih pukul 17.45, baru aku makan sekalian berbuka puasa. Biar aku tidak terlalu banyak membayar hutang puasa nantinya. Sholatnya... Sholat Dhuhur dan Ashar tadi telah aku jamak, nah sekarang Maghrib dan Isya, juga ikutan dijamak.
Allah tak pernah mempersulit hambanya kan?

Local time at destination : 8.29
Local time at departure : 7.29

Jadi hanya selisih 1 jam antara WIB dengan waktu Taipei. Tepat pukul itu juga papan nama TAIWAN TAOYUAN INTERNATIONAL AIRPORT terbaca jelas. (bersambung)

Selasa, Oktober 28, 2008

Jejak sepasang bidadari

Inilah dua bidadari yang membuat hidupku penuh warna. Semoga aku dapat mengantar mereka kepada laku surgawi, menorehkan jejak amal yang tak terputus bahkan setelah kefanaan menjemputku.



Shafaa' Annisa Muhammad (5 th)





Raihannun Putri Muhammad (1 th)


Menoreh jejak pertama

Ada pepatah yang mengatakan gajah mati meninggalkan gading , harimau mati meninggalkan belang. Lalu apa yang akan aku tinggalkan ketika mati? Apa yang akan dikenang dariku setelah ketiadaanku?

Dulu... dari para kyai, aku diajarkan untuk menorehkan kebajikan kebijakan kepada siapapun dan apapun dimanapun aku berada. Konon, segala yang ada di sekitar kita itulah yang akan menjadi saksi bagi kita nanti di hari pembalasan. Hari dimana kita tidak dapat lagi berbohong untuk menyembunyikan titik nila di belanga susu amal kita.

Jadi... ya begitulah. Aku ingin meninggalkan juga jejak kebajikan kebijakan di sini. Semoga.