Rabu, Oktober 29, 2008

Miles... miles away from my angels (1)

Alhamdulillah, horray... usulan bantuan seminar ke luar negeri-ku disetujui oleh Dikti. Dhani mau seminar ke Las Vegas neh. Apa? Seminar di Las Vegas? Gak salah tuh. Bukannya itu pusatnya judi. Apa yang mau diseminarkan di tempat kayak gitu? Seminar tentang bagaimana memperbesar kemungkinan dapat jackpot? No... No... yang bener, dhani akan mengikuti seminar yang diselenggarakan rutin oleh IJIE (International Journal of Industrial Engineering). Oke?

Ini pengalaman pertamaku pergi sendirian ke tempat yang jauh, sangat jauh bahkan. Ke Las Vegas Amerika Serikat maaaan.... Kebayang gak sih. Tapi kok seperti ada yang lalu terbisik di hati: demi tugaskah atau demi ambisi? Rasanya sulit membedakan. Kalau mau jujur, ini semua tidak lebih demi pemenuhan ambisi semata (kapan lagi bisa jalan-jalan ke luar negeri dibiayai negara? masalae kalo uang pribadi belum ada yang dialokasikan untuk jalan-jalan overseas!), dengan dalih menunaikan tugas kantor sebagai pembenarannya.

Berani gak ya aku pergi jauh, sendirian? Kalau terjadi apa-apa di jalan bagaimana? Setelah mengerutkan dahi sejenak... sejenak lagi... dan sejenak lagi, eureka... rasanya aku tahu jawabnya. Kesendirian bukanlah sesuatu untuk ditakutkan. Tapi masalahnya, itu kan berarti aku harus berpisah dengan 2 bidadari kecil yang selama ini selalu menjadi pusat edarku. Aku pasti akan sangat rindu... kangen... dan kebayang-bayang terus. Duhai bidadari belahan jiwa akan sanggupkah aku menanggung semua itu? Aah... bismillah semoga semua baik-baik saja. Ayah jangan nakal ya, jaga bidadari kita baik-baik. Bener lho.

Bandara Soekarno-Hatta, Sabtu, 6 September 2008.

Jam di tangan menunjukkan waktu 12.15 WIB. Aku sudah check-in di desk 36. Pesawat pertama yang akan membawaku ke kota judi Las Vegas adalah China Airlines (CL) 678. Aku minta duduk dekat jendela dan alhamdulillah bagasiku langsung (check-thru) bisa diambil di San Francisco (SF), jadi tidak perlu repot saat transfer pesawat CL di Taipei nanti.

Boarding time 13.30 WIB (Gate D5).

Diruang tunggu keberangkatan ini, aku mendapat teman ngobrol seorang ibu, sekitar 50 tahunan usianya. Beliau juga mempunyai tujuan ke SF. Ternyata si Ibu yang katanya asli Sukabumi ini, sudah menjadi imigran USA. Dia tinggal bersama anak pertamanya yang bersuamikan orang Amerika. Kalau mendengarkan ceritanya, rasa-rasanya dia senang dan betah tinggal di SF. Kotanya bersih, sekolah dasar sampai menengah atas gratis. Tiap minggu bisa ikut senam yang setelah selesainya selalu disediakan berbagai jenis roti yang dapat diambil semaunya dan semampunya. Punya nomor atau kode keamanan sosial yang berguna juga sebagai jaminan di hari tua karena ada uang pensiun dari negara dan masih banyak cerita dari si Ibu yang semua mengesankan bahwa beliau begitu “mengagumi” Negara adidaya yang bernama United State of America itu.
Tapi selidik punya selidik ternyata beliau masih memiliki tanggungan anak, duduk dibangku SMP, yang sekarang tinggal bersama sang kakak, anak keduanya, di Bekasi.
Waduh, “tega” benar ibu ini, aku pikir semua anaknya sudah mentas sehingga bebaslah beliau memilih mau tinggal sama anaknya yang mana. Ternyata...
Kata si Ibu ini lagi, sebenarnya si bungsu mau diajak tinggal di SF tapi sudah 2 kali mencari visa belum juga dikabulkan oleh kedutaan. Okay, setiap orang memiliki alasan sendiri-sendiri untuk membenarkan tindakannya. Termasuk dengan kepergianku ini, aku juga punya alasan buat pembenarannya. Rasanya kita tidak perlu “heboh” dengan urusan orang lain ya?

13.48 WIB aku sudah duduk di seat 18K. Teman duduk sebelah masih muda sekali, dia sepertinya kelelahan sehingga langsung tidur. Aku sendiri mencoba mencari “hiburan”. Film “What Happens in Vegas” yang dibintangi Cameron Diaz dan Ashton Kutcher menjadi pilihanku. Kebetulan nih! Bisa dapat bocoran tentang Las Vegas, pikirku.

Sekitar 17.15 WIB, waktunya makan. Aku coba minta moslem meal dan alhamdulillah diiyakan oleh pramugarinya. Aku tunggu dulu sampai kurang lebih pukul 17.45, baru aku makan sekalian berbuka puasa. Biar aku tidak terlalu banyak membayar hutang puasa nantinya. Sholatnya... Sholat Dhuhur dan Ashar tadi telah aku jamak, nah sekarang Maghrib dan Isya, juga ikutan dijamak.
Allah tak pernah mempersulit hambanya kan?

Local time at destination : 8.29
Local time at departure : 7.29

Jadi hanya selisih 1 jam antara WIB dengan waktu Taipei. Tepat pukul itu juga papan nama TAIWAN TAOYUAN INTERNATIONAL AIRPORT terbaca jelas. (bersambung)

Tidak ada komentar: